MENGEMBALIKAN KEJAYAAN SEMBALUN DENGAN KENTANG
Semangat petani Sembalun yang pantang menyerah, itulah yang membuat Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, dipilih menjadi salah satu Desa Pengembangan Agribisnis Perdesaan melalui Program Peningkatan Pendapatan Petani melalui Inovasi (P4MI). Desa Sembalun Lawang juga merupakan salah satu desa dari 10 desa pilot project P4MI Kabupaten Lombok Timur Tahun 2003. Dengan dana P4MI, Komite Investasi Desa (KID) Sembalun Lawang membangun jalan usahatani dan saluran irigasi.
Letak Desa Sembalun Lawang di lereng Gunung Rinjani, gunung tertinggi kedua di
Surutnya Bawang Putih Sang Primadona
Kawasan Sembalun mulai “naik daun” ketika kawasan ini menjadi penghasil bawang putih berkualitas pada tahun 1980-an. Tanaman bawang putih sendiri merupakan tanaman tradional dan turun-temurun petani Sembalun, selain budidaya padi lokal yang dikenal dengan sebut beras merah. Selain potensi hortikultura, potensi kawasan Sembalun adalah sebagai kawasan wisata pegunungan berpanorama indah dan berudara sejuk. Kawasan Sembalun adalah pintu masuk ke Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) yang memiliki Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak, selain air terjun Mayung Putek dan pemandian air panas Sebebau. Karena potensi tersebut, pemerintah membuka akes jalan ke kawasan Sembalun melalui dua titik masuk : Pesugulan di Lombok Timur, dan Kokok Putek di Lombok Barat. Dibukanya akses jalan ke Sembalun membuat potensi bawang putih dikenal masyarakat sampai di luar daerah. Lengsune, demikian orang Sembalun menyebut bawang putih, terkenal karena aromanya yang kuat, dan adanya bawang putih bersiung tunggal (Lengsune nunggal) yang dipercaya bisa menjadi obat tradisional untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Bawang putih pun menjadi primadona petani Sembalun. Bahkan mantan Presiden Soeharto menyempatkan datang ke Sembalun dan melakukan panen raya bawang putih.
Akhirnya, tiada hari tanpa bawang putih di Sembalun. Produksi terus dipacu dengan memanfaatkan input pertanian luar (pupuk anorganik, obat-obatan dan pestisida) dengan dosis yang terus meningkat. Hukum “The law of diminishing return” dalam teknologi budidaya menyebabkan pemakaian input yang semakin tinggi justru tidak mampu meningkatkan produksi. Setelah tercapai titik produksi maksimum, kemudian prouksi berikutnya berangsur menurun.
Ditambah dengan masuknya bawang putih impor dari Cina yang memiliki suing lebih besar namun dijual dengan harga lebih murah dari bawang putih lokal, membuat bawang putih Sembalun kalah bersaing di pasaran. Petani Sembalun terpuruk, namun mereka tidak kehilangan harapan .
Habis Lengsune Datanglah Kentang
Pada tahun 1998, petani Desa Sembalun Lawang sepakat membentuk Kelompok Tani “Hortikultura Sembalun Lawang” (disingkat KT Horsela). Faktor yang mendorong pembentukan kelompok tani ini adalah keinginan untuk melakukan diversifikasi tanaman bawang putih dengan tanaman hortikultura seperti kubis, wortel dan bawang daun. Tanaman hortikultura ini menjadi penyelamat petani Sembalun, dan produk kubis Sembalun memasuki pasar lokal di Pulau
Kenyataan ini menyadarkan tokoh-tokoh petani muda Desa Sembalun, seperti Minardi, mantan Sekretaris Desa yang memilih menekuni pertanian, juga Rupnih, ketua KID Sembalun Lawang. Kalau bukan petani sendiri yang bangkit, maka masyarakat Sembalun hanya bisa menjadi penonton. Didukung para pemuda, petani sepakat merevitalisasi KT Horsela pada tahun 2005. Kelompok mulai menjalankan perannya, terlihat dengan adanya norma-norma dan aturan kelompok (berupa awiq-awiq), adanya pengurus dan anggota, dan tumbuhnya rasa memiliki (kohesifity) terhadap kelompok.
Pada tahun 2005 itu, KT Horsela mulai menjalin kemitraan dengan PT Indofood Sukses Makmur (PT ISM) untuk penanaman kentang varietas atlantik. Tanaman kentang sesungguhnya bukan tanaman yang baru bagi petani Sembalun, karena sebelumnya petani sudah menanam kentang varietas granola dan bisa terserap di pasaran lokal. Namun, varietas atlantik yang menjadi bahan
Diawali dengan demplot bibit 200 kg, PT ISM menilai kawasan Sembalun potensial untuk budidaya tanaman kentang varietas atlantik. Pada tahun berikutnya (2006), KT Horsela mengikat kerjasama dengan PT ISM, dimana PT ISM memberikan pinjaman bibit, sarana produksi dan ongkos kerja untuk penanaman kentang atlantik, dan hasil produksi dibeli oleh PT ISM. Pada tahun 2006, PT ISM membeli 100 ton kentang produksi petani Sembalun. Ketua KT Horsela, Minardi, langsung mengawal truk pembawa kentang ke pabrik PT ISM di Semarang. Dengan bangga Minardi mengatakan, “Anda pernah makan Chitato (merek snack dari kentang, penulis) ? Nah, kentangnya dari Sembalun, dan kami yang menanamnya …”.
Sembalun potensial untuk kentang ! Kesimpulan ini diambil karena kualitas hasil lebih baik dari sentra penanaman kentang lainnya di
Tantangan dan Harapan
Belajar dari bawang putih, petani Sembalun bertekad untuk memperbaiki teknologi budidaya tanaman kentang. Penggunaan pupuk anorganik dikurangi dengan menggunakan pupuk organik. Saat ini pupuk organik masih didatangkan dari luar desa, namun sedikit demi sedikit KT Horsela Sembalun mencoba untuk memproduksi sendiri pupuk organik, termasuk mengupayakan domestikasi dan pengandangan ternak sapi yang selama ini dibiarkan liar di sekitar kawasan hutan TNGR.
Selain pupuk, kendala yang dihadapi adalah ketersediaan benih kentang antlantik yang masih diimpor dari luar negeri. Untuk itu, KT Horsela mulai memprogramkan untuk menjadi penangkar benih kentang yang diharapkan juga bisa memenuhi kebutuhan benih di daerah lain di Indonesia. Diversifikasi tanaman juga mulai dilakukan agar tidak hanya menggantungkan pada kentang. Upaya budidaya cabe merah besar sedang disiapkan dengan dukungan PT Permodalan Nasional Madani (PT PNM) seluas 50 Ha, juga sudah dikembangkan tanaman seledri dan bawang daun, disamping tanaman kubis.
Pemupukan modal juga mendapatkan perhatian KT Horsela, mengantisipasi berakhirnya pinjaman modal dari PT ISM. Difasilitasi LSM Lokal (YP3M) dan PT PNM, KT Horsela sedang merintis pembentukan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA). Pelan tapi pasti, petani Sembalun memantapkan langkah, meningkatkan pendapatan melalui inovasi.
1 komentar:
Saya tertarik untuk mengadakan ekspor bawang putih ke Eropa dengan desa Sembalun Lawang. Apakah Desa ini masih melakukan produksi bawang putih atau tidak? Jika ya mohon saya diberikan informasi penanggung jawab dari desa Sembalun Lawang. Terima kasih. Tolong informasikan secepatnya. -Hafsah-
Posting Komentar