Selasa, Desember 15, 2009

Keberdayaan dan Kemandirian Masyarakat : Aspek Teori dan Penelitian Perilaku

Oleh :
Agus Purbathin Hadi

Keberdayaan dan kemandirian masyarakat mendapatkan perhatian yang besar dalam kegiatan pembangunan nasional. Dari sudut pandang Ilmu Penyuluhan Pembangunan, memberdayakan dan memandirikan masyarakat merupakan peranan dari penyuluhan. Pelaku penyuluhan bertugas untuk membantu para petani dan warga pedesaan mengorganisasikan diri dan bertangung-jawab dalam (pemberdayaan) pertumbuhan dan perkembangan mereka sendiri. Memberdayakan berarti membuat petani dan masyarakat perdesaan menjadi mampu, memperkenankan, atau mengizinkan dan dapat dilihat sebagai inisiasi sendiri atau oleh orang lain. Bagi Penyuluh, memberdayakan ialah membantu komunitas membangun, mengembangkan, dan meningkatkan daya mereka sendiri sehingga semakin mampu memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, lebih berdaya menolong dirinya sendiri, semakin berperan dalam memperkuat kohesi sosial dalam tatanan masyarakat yang lebih baik, dan semakin berdaya saing dalam tatanan masyarakat ekonomi yang lebih maju. lebih lengkap clik download

Senin, Desember 07, 2009

Fasilitator Infomobilisasi Sebagai Agen Perubahan

Oleh :
Agus Purbathin Hadi

Pendahuluan

Setelah reformasi dan otonomi daerah bergulir di Indonesia, informasi mengemuka sebagai suatu isu keberpihakan kepada orang miskin dan hak (politik). Informasi adalah hak dasar. Kesenjangan informasi dan kemiskinan merupakan isu yang diusung masyarakat internasional dalam membicarakan pembangunan di negara-negara berkembang sehingga definisi kebutuhan dasar (basic needs) terus-menerus diperbarui, dan pendidikan dan informasi menjadi termasuk ke dalam kebutuhan dasar. Masyarakat internasional mengusung isu mengenai adanya “kesenjangan informasi” (information gap) dan kesenjangan dijital” (digital divide) di dalam sebuah forum yang disebut Konferensi Tingkat Tinggi Dunia Tentang Masyarakat Informasi (World Summit on the Information Society/WSIS) yang merupakan inisiatif lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan memberikan mandat untuk penyelenggaraannya kepada International Telecommunication Union (ITU).

Lemahnya akses dan penggunaan informasi akan menyebabkan keterpinggiran dan ketertinggalan masyarakat dari berbagai kemajuan pembangunan yang tersedia. Persoalan kesenjangan informasi ini bukan hanya dilihat sebagai faktor kemiskinan ekonomi, melainkan juga dalam pengertian kemiskinan sosial-politik (tidak dapat menyampaikan aspirasi, tidak mengetahui adanya kebijakan yang berdampak kepada mereka, tidak cukup pemahaman untuk bisa terlibat dalam pengambilan keputusan, adanya diskriminasi dan dominasi oleh kelompok/pihak yang menguasai informasi, dan sebagainya). Masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang memiliki kesadaran dan kebutuhan terhadap informasi sebagai sumber kekuatan (power). Masyarakat yang dapat menggunakan informasi untuk mengambil keputusan yang baik bagi dirinya sendiri, bertindak secara kritis dalam upaya memperbaiki keadaan dan mengatasi masalahnya sendiri, mampu terlibat dalam proses-proses sosial dan politik termasuk dalam proses pengambilan keputusan publik yang dilakukan komunitasnya. Masyarakat yang demikian biasa disebut juga masyarakat informasi (information society) dan masyarakat pembelajar (learning society). selengkapnya Download

Sabtu, Desember 05, 2009

Etika dan Politik Komunikasi Inovasi

Oleh : Agus Purbathin Hadi
Tela'ah Buku
Communication For Rural Inovation

Buku Communication for Rural Innovation: Rethinking Agricultural Extension mencoba mengkritisi pemaknaan penyuluhan dan mencoba menawarkan komunikasi inovasi sebagai kata kunci penyuluhan. Tentang peristilahan “penyuluhan” atau “extension” sudah sering menjadi perdebatan. Di Australia dan Amerika Serikat, istilah extension sudah menjadi jargon yang umum. Diskusi-diskusi berkembang pada berbagai anomali dalam praktik-praktik penyuluhan di tataran praktis. Baik di Australia maupun di Amerika, istilah Penyuluhan dan Pengembangan Pedesaan (Extension and Rural Development), Pendidikan Penyuluhan (Extension Education), Penyuluhan dan Pengembangan Masyarakat (Extension and Community Development) sudah sejak lama ada dan sampai kini masih berkembang.

Yang menjadi sorotan adalah orientasi dalam pelaksanaannya, yang sangat berkaitan dengan paradigma yang dianut oleh masing-masing organisasi penyuluhan bahkan rezim pemerintahan. Selama para pihak pemegang kebijakan masih berpegang pada paradigma linier, orientasi teknologi, belum bergesar pada prinsip mengutamakan manusia, dan memposisikan penyuluhan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan, maka hanya keterpurukan yang terjadi.

Terkait dengan apa yang disampaikan di atas, makalah ini akan membahas Bab 3 (The Ethics and politics of communication for innovation : Etika dan Politik Komunikasi Inovasi) dari Bagian 1 (Rethinking Extension) buku Communication for Rural Innovation: Rethinking Agricultural Extension karya Cees Leeuwis. Oleh karena itu, untuk memahami Bab 3 ini, perlu memahami Bab-bab sebelum dan setelah Bab 3 pada Bagian 1 buku ini. Bab ini mempertanyakan apakah sah dan etis intervensi komunikasi inovasi oleh pemerintah karena alasan-alasan politis dan atau tujuan tertentu. Padahal falsafah penyuluhan adalah demokratis dimana individu khalayak sangat dipentingkan dan memiliki kebebasan untuk menerima atau menolak suatu inovasi.
Selengkapnya Download Artikel

Sabtu, Juli 18, 2009

BIL Rambang 1934

Bandara Internasional Rambang zaman Pemerintahan Hindia Belanda. 1934 Rambang yang terletak di Kecamatan Sakra Timur Kabupaten Lombok Timur pernah menjadi Bandara Internasional, dimana Pemerintahan Hindia Belanda menggunakannya sebagai terminal penerbangan di zamannya. Fenomena ini setidaknya menunjukkan bahwa BIL bukanlah fenomena atau hal baru di NTB. (diet)

Selasa, Juli 14, 2009

Ampenan 1924

Ampenan 1924. Menjadikan NTB Gumi sejuta sapi bukanlah hal baru, sejak sebelum kemerdekaan RI, Pemerintah Hindai Belanda telah melakukan hal tersebut. Foto sebalah kiri menunjukkan bagimana aktivitas Pemerintahan Hindia Belanda sejak tahun 1924 melakukan ekspor sapi di pelabuhan Ampenan Mataram.

Selasa, Juni 23, 2009

EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI

Oleh :
Agus Purbathin Hadi
Yayasan Agribisnis/Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA)



Bentuk Desa di Bali terutama didasarkan atas kesatuan tempat. Disamping kesatuan wilayah maka sebuah desa merupakan pula suatu kesatuan keagamaan yang ditentukan oleh suatu kompleks pura desa yang disebut Kahyangan Tiga, ialah Pura Puseh, Pura Bale Agung dan Pura Dalem. Ada kalanya Pura Puseh dan Pura Bale Agung dijadikan satu dan disebut Pura Desa (Baliaga, 2000).
Dengan diberlakukannya UU No. 5 Tahun 1979, di Bali dikenal adanya dua pengertian desa. Pertama, 'desa' dalam pengertian hukum nasional, sesuai dengan batasan yang tersirat dan tersurat dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa. Desa dalam pengertian ini melaksanakan berbagai kegiatan administrasi pemerintahan atau kedinasan sehingga dikenal dengan istilah 'Desa Dinas' atau 'Desa Administratif'. Desa dalam pengertian yang kedua, yaitu desa adat atau Desa Pakraman, mengacu kepada kelompok tradisional dengan dasar ikatan adat istiadat dan terikat oleh adanya tiga pura utama (Kahyangan Tiga). Dasar pembentukan desa adat dan desa dinas memiliki persyaratan yang berbeda, sehingga wilayah dan jumlah penduduk pendukung sebuah desa dinas tidak selalu kongruen dengan desa adat.
Secara historis belum diketahui kapan dan bagaimana proses awal terbentuknya desa adat di Bali. Ada yang menduga bahwa desa adat telah ada di Bali sejak zaman neolitikum dalam zaman prasejarah. Desa adat mempunyai identitas unsur-unsur sebagai persekutuan masyarakat hukum adat, serta mempunyai beberapa ciri khas yang membedakannya dengan kelompok sosial lain. Ciri pembeda tersebut antara lain adanya wilayah tertentu yang mempunyai batas-batas yang jelas, dimana sebagian besar warganya berdomisili di wilayah tersebut dan adanya bangunan suci milik desa adat berupa kahyangan tiga atau kahyangan desa (Dharmayuda, 2001). selengkapnya download

Senin, Juni 22, 2009

Laporan Hasil Perencanaan Partisifatif bersama Masyarakat di Desa Aik Berik Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2004

Oleh :
Agus Purbathin Hadi & Sabil Risaldy
Aliansi Lembaga Adidaya Masyarakat (ALAM)
Propinsi Nusa Tenggara Barat

Pada tahun 2004, Aliansi Lembaga Adidaya Masyarakat (ALAM) Propinsi Nusa Tenggara Barat melaksanakan kegiatan pendampingan masyarakat di Desa Aik Berik Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah. Kegiatan setelah inisiasi dan sosialisasi program di Desa Aik Berik, adalah memfasilitasi masyarakat untuk menyusun kesepakatan dengan stakeholders dan rencana aksi pemberdayaan masyarakat melalui revitalisasi kelembagaan desa dan kelompok-kelompok masyarakat. Kegiatan ini meliputi pemahaman potensi desa, pelatihan perencanaan partisipatif, penyusunan rencana aksi, dan diakhri dengan kegiatan studi banding ke desa-desa yang dinilai berhasil dalam beberapa aspek pembangunan desa.

PEMAHAMAN POTENSI DESA AIK BERIK
Dalam proses inisiasi dan sosialisasi program terungkap bahwa Desa Aik Berik belum memiliki data dasar yang lengkap dan akurat. Kegiatan pertama dalam implementasi model ini adalah melakukan pendataan “dari, oleh dan untuk masyarakat”. Untuk pengumpulan data dilakukan dengan metode Participatory Rural Appraissal (PRA), yaitu sekumpulan pendekatan dan metode yang mendorong masyarakat pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri, agar mereka dapat membuat rencana dan tindakan (Djohani, Rianingsih, 1996).
Penerapan PRA merupakan salah satu strategi memberdayakan masyarakat perdesaan. Dalam PRA masyarakat berlaku sebagai subjek dan bukan objek, dan peneliti serta praktisi menempatkan diri sebagai ”insider”, bukan ”outsider”. Masyarakat yang membuat peta, model, diagram, mengurutkan, memberi nilai, mengkaji, memberikan contoh, mengidentifikasi dan menyeleksi prioritas masalah, menyajikan hasil, mengkaji ulang dan merencanakan kegiatan aksi. selengkapnya download

Sabtu, Juni 20, 2009

Tinjauan Terhadap Berbagai Program Pemberdayaan Masyarakat di Indonesia

Oleh :
Agus Purbathin Hadi
Yayasan Agribisnis/Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA)

Sejak pemerintahan Orde Baru, pemerintah meluncurkan berbagai program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat yang dijalankan oleh berbagai kementerian dan lembaga. Salah satu yang terkenal adalah Program Inpres Desa Tertinggal (IDT) yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat miskin melalui pengembangan sumberdaya manusia, modal, dan usaha produktif serta pengembangan kelembagaan. Lingkup dari program IDT menyangkut kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di desa-desa tertinggal. Akselerasi kegiatan sosial ekonomi dilakukan melalui pengembangan sumberdaya ekonomi di pedesaan, suplai kebutuhan dasar, pelayanan jasa, dan penciptaan lingkungan pendukung bagi proses pengentasan kemiskinan. Program IDT, selain memberikan dukungan dana 20 juta per desa tertinggal, juga memberikan dukungan dalam bentuk pelatihan, supervisi dan tenaga pendamping. Lebih dari itu, program IDT juga membantu mengembangkan infrastruktur seperti jalan, jembatan, air bersih dan kebutuhan lainnya sesuai dengan kondisi pedesaan.
Program-program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat lainnya adalah : PPK (Program Pengembangan Kecamatan) yang dilaksanakan Departemen Dalam Negeri, P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) yang dilaksanakan Departemen Pekerjaan Umum, P4K (Proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil) yang dilaksanakan Departemen Pertanian, PEMP (Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir) yang dilaksanakan Departemen Kelautan dan Perikanan, KUBE (Kelompok Usaha Bersama) yang dilaksanakan Departemen Sosial, dan lain-lain. Program-program tersebut berjalan sendiri-sendiri menurut kebijakan Departemen yang bersangkutan, tidak terintegrasi, parsial dan sektoral.
selengkapnya click download

Jumat, Juni 19, 2009

KONSEP PEMBERDAYAAN, PARTISIPASI DAN KELEMBAGAAN DALAM PEMBANGUNAN

Oleh :
Agus Purbathin Hadi
Yayasan Agribisnis/Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA)

Berubahnya paradigma pembangunan nasional ke arah demokratisasi dan desentralisasi, menumbuhkan kesadaran yang luas tentang perlunya peran serta masyarakat dalam keseluruhan proses dan program pembangunan. Pemberdayaan dan partisipasi muncul sebagai dua kata yang banyak diungkapkan ketika berbicara tentang pembangunan. Meskipun demikian, pentingnya pemberdayaan dan partisipasi masyarakat belum sepenuhnya dihayati dan dilaksanakan oleh stakeholders pembangunan, baik dari kalangan pemerintah, swasta, LSM, dan masyarakat. Bahkan di kalangan masyarakat sendiri masih gamang menghadapi praktek partisipasi dalam melaksanakan setiap tahapan pembangunan di lingkungannya. Di sisi lain, hampir semua proyek dan program pemerintah mensyaratkan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaanya, dimana masyarakat ditempatkan pada posisi strategis yang menentukan keberhasilan program pembangunan. Akan tetapi, dalam prakteknya pemberdayaan dan partisipasi masyarakat sering disalahgunakan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Download

Selasa, Mei 05, 2009

MAKALAH PERKEMBANGAN TEKHNOLOGI INFORMASI

DISUSUN OLEH :

1. GALUH FHANTIA CIF007010
2. GALURA PUTRI SARTIKA CIF007011
3. INDIRA GHANDI CIF007012
4. I GUSTI NGURAH ARIAWAN CIF00708
5. KADEK TOTOK APRIANTA CIF00720
6. EVA LUSIANA CIF007016

Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara global.
Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi teknologi informasi ini adalah mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi seperti informasi tentang kesehatan, hobi, rekreasi, dan rohani. Kemudian untuk profesi seperti sains, teknologi, perdagangan, berita bisnis, dan asosiasi profesi. Sarana kerjasama antara pribadi atau kelompok yang satu dengan pribadi atau kelompok yang lainnya tanpa mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang dapat menghambat bertukar pikiran. download makalah

Rabu, April 29, 2009

“TEKNOLOGI INFORMASI”

TEKNOLOGI INFORMASI DAN MULTIMEDIA

Disusun Oleh :
L. Apri Rozi Ramadhan (C1F 007 022)
L. Teguh Asri Mandrajati (C1F 007 023)
Lely Nurfitriana Hadi (C1F 007 024)
Mardiazis (C1F 007 026)
Markidin (C1F 007 028)
M. Zaenal Abidin (C1F 007 030)

Istilah teknologi informasi mulai populer di akhir tahun 70-an. Pada masa sebelumnya istilah teknologi informasi biasa disebut teknologi komputer atau pengolahan data elektronis ( electronic data processing ). Teknologi informasi didefinisikan sebagai teknologi pengolahan dan penyebaran data menggunakan perangkat keras ( hardware ) dan perangkat lunak ( software ), komputer, komunikasi, dan elektronik digital. Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan elemen penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Peranan teknologi informasi pada aktivitas manusia pada saat ini memang begitu besar. Teknologi informasi telah menjadi fasilitas utama bagi kegiatan berbagai sektor kehidupan dimana memberikan andil besar terhadap perubahan – perubahan yang mendasar pada struktur operasi dan manajemen organisasi, pendidikan, transportasi, kesehatan dan penelitian. Oleh karena itu sangatlah penting peningkatan kemampuan sumber daya manusia ( SDM ) TIK, mulai dari keterampilan dan pengetahuan, perencanaan, pengoperasian, perawatan dan pengawasan, serta peningkatan kemampuan TIK para pimpinan di lembaga pemerintahan, pendidikan, perusahaan, UKM ( usaha kecil menengah ) dan LSM. Sehingga pada akhirnya akan dihasilkan output yang sangat bermanfaat baik bagi manusia sebagai individu itu sendiri maupun bagi semua sektor kehidupan.

lebih lengkap Download....

Kamis, April 16, 2009

Mendampingi Misi ADB kunjungan ke Desa P4MI

Misi ADB ke Kabupaten Lombok Timur terdiri dari Dr. Sununtar (Mission Leader/Project Economist ADB) dan Mrs. Dytas. Kedatangan Misi ADB didampingi oleh Dr. E. Eko Ananto dan Arif Surachman, S.Pi, M.Sc (PCMU), Dr. Chong K.C dan Dr. Prabowo (Consultant). Kunjungan hanya berlangsung satu hari pada tanggal 28 Maret 2009.
Pada hari Sabtu, 28 Maret 2009, jam 07.30 rombongan berangkat dari Mataram ke Lombok Timur. Kunjungan pertama ke Setelah itu Misi ADB mengadakan pertemuan di Kantor Bappeda Lombok Timur dengan Pemkab Lombok Timur, PIU, BPTP, Konsultan (DLO dan DME), dan LSM. Pada pertemuan tersebut, Kepala Bappeda Kabupaten Lombok Timur memaparkan hasil pelaksanaan P4MI sampai Maret 2009 dan rencana exit strategy yang akan dilaksanakan Pemerintah Daerah.
Setelah pertemuan di Kabupaten, Misi ABD melakukan kunjungan ke desa-desa : Peneda Gandor, Lendang Nangka, Montong Betok, Perian dan Jenggik Utara. Satu desa yang sudah disiapkan, yaitu Desa Rarang, tidak dapat dikunjungi karena hujan.

Kamis, April 02, 2009

Pengembangan Biogas di Desa Prian Kabupaten Lombok Timur



Penerapan sisitem biogas di Desa Prian Kecamatan Montong Gading Kabupaten Lombok Timur.
Kunjungan Team Leader P4MI Ir. Meidi Syaflan, MP dan Koordinator SLK P4MI Kabupaten Lombok Tmur Ir.Agus Purbathin Hadi, MSi didampingi oleh Fasilitator Desa P4MI Supriati, A.Mkl

Senin, Maret 30, 2009

Rapat Koordinasi Nasional P4MI di Mataram NTB





Kemajuan Program P4MI Lombok Timur
Tahun 2003 – 2008

Koordinator SLK Ir. Agus Purbathin Hadi, M.Si


Program P4MI Lombok Timur di mulai sejak tahun 2005
Kondisi SLK : dari 20 Orang menjadi 2 Orang, Padahal di akhir program ini merupakan titik kritis dari sebuah program pemberdayaan (pendampingan) kelembagaan.

Jumlah desa Program : 112 Desa (2003-2008)
Tahun 2008 : 6 Desa

Jenis Investasi :
Sebagian besar berupa jalan usaha tani yang digandengkan dengan saluran irigasi,
Dilihat dari segi alokasi anggaran kontribus swadaya masyarakat rata-rata di atas 20 %,

Manfaat :
  • Percaya diri masyarakat karena mereka terlibat langsung dalam pelaksanaan investasi.
  • Tumbuhnya rasa memiliki dari para petani atas investasi yang telah dibangun.
Hal lain yang kami sampaikan :
  • Masalah jumlah SLK yang hanya 2 orang tidak memungkinkan untuk memaksimalkan pendampingan langsung ke tingkat lapangan
  • Jabatan PIU yang selalu berubah karena kepentingan politik lokal, akan mempengaruhi kegiatan administrasi program.
Beberapa bentuk kegiatan pendampingan lain dengan PUSLIT BPTP :
  • Kegiatan Inovasi dan Teknologi Budidaya Ayam Arbain di dusun Ambengan Desa Peneda Gandor Kecamatan Labuhan Haji.
  • Demplot budidaya 6 jenis varitas Jagung Hibrida (C7, bisi 2, bisi 16, NK 33, Nusantara, Bima 3) di desa Mamben daya
Desa Pengembangan Agribisnis :
  • Desa Perian Kecamatan Montong Gading untuk kegiatan Inovasi Kegiatan Penggemukan sapi Bali.
  • Desa Sembalun Lawang Pengembangan Komoditas Holtikultura (pengembangan budidaya tanaman kentang atlantik) kerjasama dengan PT. Indofood.
Suksestory Kegiatan Investasi :
  • Pembangunan Bak Air dengan sistem pompa.
  • Bendung Jenggik Utara (7000 m3) bisa mengairi 400 Ha lahan pertanian dengan nilai proyek 1,5 M

Kajian Dampak P4MI




Kajian Dampak Program Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI)
Kabupaten Lombok Timur Terhadap para penerima manfaat di sejumlah Desa

Sabtu, Maret 28, 2009

FENOMENA ”KELAHIRAN SAPI KEMBAR” DAN PELUANG PENGEMBANGANNYA DI BUMI SEJUTA SAPI

Twinning cattle atau sapi lahir kembar merupakan salah satu program unggulan dan sekaligus merupakan terobosan dari Badan Litbang Pertanian berpartisipasi dalam upaya mengatasi kekurangan pasokan daging dan memperbaiki kondisi ketahanan pangan nasional sehingga pada waktunya nanti swasembada daging dapat terwujud. Secara alamiah peristiwa kelahiran kembar sangat jarang terjadi sehingga memunculkan berbagai komentar yang cenderung skeptis terhadap peluang pemanfaatan tehnologi kelahiran kembar sebagai upaya terobosan untuk meningkatkan produksi sapi dan daging nasional. Tulisan ini akan menguraikan secara singkat fenomena kelahiran kembar dan peluang peningkatan frekuensi kelahiran kembar pada sapi betina produktif pembawa sifat kembar sehingga teknologi kelahiran kembar dapat dipertimbangkan menjadi salah satu opsi untuk meningkatkan produksi daging nasional.

Sumber : http://ntb.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=195&Itemid=1

Sabtu, Maret 21, 2009

Subuh di Pasar Lenek Bag II






Subuh di Pasar Lenek Bag I







Kamis, Maret 19, 2009

Pelatihan Pengembangan Agroindustri Program P4MI Kabupaten Lombok Timur





Pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi perekonomian suatu Negara tidak perlu dipertanyakan lagi. Bukan hanya karena pada masa krisis hanya sektor pertanian yang mengalami pertumbuhan yang positif (karena tidak ada yang menginginkan krisis dan krisis tidak terjadi berulang-ulang), tapi tidak ada satu Negara maju pun di dunia dimana pertaniannya tidak maju. Tingkat kecanggihan pertanian di Negara maju misalnya, sama dengan tingkat kecanggihan sektor-sektor lainnya.

Pertanian menjadi landasan perekonomian suatu Negara. Ia menjadi sumber pangan, sandang dan papan yang bermutu, murah, dan berkesinambungan bagi masyarakat suatu bangsa; sebagai sumber bahan baku bagi industri lainnya; dan sebagai pemasok tenaga kerja bagi sektor manufacturing dan sektor jasa di perkotaan. Sejalan dengan peningkatan pendapatan penduduk suatu bangsa, maka kebutuhan produk olahan hasil pertanian akan semakin meningkat. Data menunjukkan bahwa nilai tambah dari pengolahan jauh lebih besar dari hasil produk primer, yang sudah tentu menyerap sejumlah tenaga kerja yang cukup besar pula. Disamping menghasilkan nilai tambah yang jauh lebih besar dari produk primernya, pengolahan hasil yang meningkat akan menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap produk on-farm (derived demand), baik dari sudut jumlah maupun mutu dan nilai, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan di sektor hulu yaitu pendapatan petani.

Tujuan Pelatihan
Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan bekal kepada Fasilitator Desa (FD) Kelompok Tani dan Kelompok Wanita Tani (KWT) dari masing – masing desa sasaran Program Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI) Tahun Anggaran 2003, 2007 dan 2008 sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang tertuang dalam PAM, TOR dan PANDUM P4MI.

Peserta Pelatihan
Yang menjadi peserta pada Pelatihan Pengembangan Agroindustri bagi Fasilitator Desa dan Kelompok Wanita Tani ini sebanyak 204 (Dua Ratus Empat) Orang peserta yang terdiri dari 2 (dua) orang Fasilitator Desa (FD), 3 (tiga) orang perwakilan Kelompok Wanita Tani (KWT) dari 40 (empat puluh) desa sasaran Program Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI) untuk TA. 2003, 2007 dan 2008 serta 4 (Empat) orang Panitia

Pendanaan
Pendanaan Pelatihan Pengembangan Agroindustri Kelompok Wanita Tani Program P4MI Tahun Anggaran 2003, 2007 dan 2008 berasal dari pemerintah (Rupiah murni APBN, Pinjaman Luar Negeri : ADB Loan 1909 – INO SF) melalui LSM Nasional Yayasan Pengembangan Masyarakat Agrikarya (Yayasan Agribisnis – Jakarta).

Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan Pelatihan Pengembagaan Agroindustri bagi Fasilitator Desa (FD) dan Kelompok Wanita Tani Program P4MI Tahun Anggaran 2003, 2007 dan 2008 dilaksanakan di Lesehan Pondok Santai Kelurahan Kembang Sari Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur, yang terbagi dalam 3 (tiga) angkatan. Masing – masing angkatan terbagi dalam 2 (dua) kelas dengan rincian sebagai berikut :

ANGKATAN I Senin, 16 - 18 Maret 2009

  1. SAKRA Swangi
  2. KERUAK Selebung Ketangga
  3. SAKRA Sakra
  4. SAKRA BARAT Bungtiang
  5. JEROWARU Pemongkong
  6. MT. GADING Mt. Betok
  7. MASBAGIK Paok Motong
  8. SIKUR Semaya
  9. SIKUR Sikur
  10. TERARA Terara
  11. MT. GADING Kilang
  12. MT. GADING Perian
  13. TERARA Jenggik
ANGKATAN II Kamis, 19 - 21 Maret 2009

  1. LABUHAN HAJI Korleko
  2. WANASABA Mamben Lauk
  3. SEMBALUN Sembalun Lawang
  4. SAMBELIA Sambelia
  5. LAB. HAJI Kelurahan Ijobalit
  6. PRINGGABAYA Labuhan Lombok
  7. PRINGGABAYA Kerumut
  8. SAMBELIA Obel-Obel
  9. SEMBALUN Sembalun Bumbung
  10. WANASABA Mamben Daya
  11. WANASABA Tembeng Putik
  12. SAMBELIA Sugian
  13. SEMBALUN Bilok Petung
  14. Swela Sapit
ANGKATAN III Minggu, 22 – 24 Maret 2009

  1. SUKAMULIA Dasan Lekong
  2. SURALAGA Anjani
  3. PRINGGASELA Pringgasela
  4. SUKAMULIA Jantuk
  5. SELONG Kelurahan Majidi
  6. SELONG Kelurahan Sekarteja
  7. PRINGGASELA Rempung
  8. AIKMEL Kembang Kerang
  9. AIKMEL Kalijaga
  10. AIKMEL Aikmel
  11. SELONG Kelurahan Rakam
  12. SELONG Kelurahan Kelayu Utara
  13. SURALAGA Bagik Payung Selatan
Fasilitator dan Tutor
Fasilitator berjumlah 8 (delapan) orang dan 4 (empat) orang Panitia, yang terdiri dari :
  1. Koordinator SLK Program P4MI Lombok Timur;
  2. Kabag. Ekonomi – Setda Kabupaten Lombok Timur;
  3. Kabid. Ekonomi Bappeda (PIU P4MI) Kabupaten Lombok Timur;
  4. 2 Orang SLK Tingkat Kecamatan;
  5. 1 Orang Tenaga Ahli dari Fakultas Pertanian Universitas Mataram;
  6. 1 Orang dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur;
  7. 1 Orang ahli Management Industri Rumah Tangga;
  8. 4 Orang Panitia;

Metode Pelatihan
Kegiatan Pelatihan Pengembangan Agroindustri bagi Fasilitator Desa (FD) dan Kelompok Wanita Tani Program P4MI Tahun Anggaran 2003, 2007 dan 2008 di Kabupaten Lombok Timur menggunakan metode Partisipatif yang terdiri dari :

  1. Pemaparan materi pelatihan Penyampaian gambaran umum tentang materi yang diberikan oleh fasilitator/instruktur dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada peserta pelatihan kemudian para peserta dituntun untuk lebih aktif (partisipatif) dalam mengulas membahas materi yang diberikan.
  2. Penugasan Untuk lebih membangun partisipatif peserta dalam pelatihan, para peserta diberi tugas secara berkelompok tentang apa dan bagaimana mereka nantinya ditingkat lapangan.
  3. Diskusi kelompok dan diskusi pleno.
  4. Kunjungan Lapangan/Study banding
  5. Penyedian Klinik Konsultasi Agribisnis dan Agroindustri Pedesaan
  6. Rencana tindak lanjut.
Materi Pelatihan
Adapun materi pelatihan yang diberikan adalah sebagai berikut :
  1. Pre test
  2. Membangun Suasana
  3. Kebijakan Pengembangan UMKM (Industri Rumah Tangga)
  4. Refresh Teknologi Hasil Pelatihan Kelompok Wanita Tani (KWT)
  5. Teknologi Pengolahan dan Pengemasan Produk Pertanian
  6. Management Industri Rumah Tangga
  7. Standarisasi Produk, Higienitas dan Perijinan Industri Rumah Tangga
  8. Rencana Tindak Lanjut
  9. Evaluasi
  10. Penyediaan Klinik Konsultasi Agribisnis dan Agroindustri Pedesaan

Rencana Tindak Lanjut
Sesuai hasil kesepakatan para peserta pelatihan maka rencana tindak lanjut yang akan di lakukan dirumuskan sebagai berikut :
1. Persiapan
  • Koordinasi dengan pemerintah desa terkait dengan hasil pelatihan
  • Pembentukan Forum Gapoktan di tingkat klaster.
  • Membuat jadwal pertemuan Forum Gapoktan.
2. Perencanan
  • Kelompok Tani dan Kelompok Wanita Tani yang dibantu oleh FD dan Staf LSM Klaster akan dibina baik itu di bidang inovasi pengolahan, pemasaran hasil, dan masukan pertanian serta informasi teknologi pertanian (Gapokatan Bisnis Riil).
  • Pembuatan Simpan–Pinjam Kelompok Wanita Tani yang diharapkan dapat mengatasi masalah modal kerja kelompok tani
  • Sinergi program dengan Dinas/Intansi terkait; PNPM; Koperasi dan Perbankan dalam rangka penguatan kelembagaan dan modal kerja Kelompok Wanita TAni.
  • Kelompok Tani dan Kelompok Wanita Tani yang dibantu oleh FD dan Staf LSM Klaster membuat jaringan kerjasama dalam pemasaran hasil baik itu sifatnya dari Mitra Usaha Swasta maupun dari Departeman/Instansi lainnya ataupun Pemerintah Daerah.
3. Pelaksanaan Pendampingan
  • Bersama dengan FD dan Staf LSM Klaster memobilisasi Kelompok Tani guna meningkatkan partisipasi dan kerjasama antar Kelompok Tani
  • Mendampingi pembuatan administrasi Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani
  • Membuat jadwal bersama KID, FD dan Staf LSM Klaster untuk pertemuan dengan Kelompok Tani dan Kelompok Wanita Tani minimal 3 bulan sekali
  • Membuat pola kemitraan agribisnis dengan pihak lain baik itu berupa pemasaran hasil, akses informasi, penanaman modal dll.

Kamis, Februari 26, 2009

LOMBOK ISLAND INFORMATION



Lombok is an island in West Nusa Tenggara province, Indonesia. It is part of the chain of the Lesser Sunda Islands, with the Lombok Strait separating it from Bali to the west and the Alas Strait between it and Sumbawa to the east. It is roughly circular, with a “tail” to the southwest, about 70 km across and a total area of about 4,725 km² (1,825 sq mi). Lombok in Indonesia language and local Sasak people has different meaning. In Sasak Language Lombok mean Straight and in Indonesia language meaning is Chili.

Lombok is much more tranquil and quiet than Bali but still has the same tropical climate and beautiful beaches. Rock climbing, diving and trekking are the main activities but this doesn’t mean you can’t just relax next to your hotel pool. There are a number of beach huts and resorts to choose from and most are geared towards the diving community.

Sabtu, Februari 14, 2009

KEARIFAN LOKAL DALAM ARSITEKTUR TRADISIONAL SASAK DI PULAU LOMBOK

KEARIFAN LOKAL DALAM ARSITEKTUR TRADISIONAL
SASAK DI PULAU LOMBOK

Oleh :
Rini S. Saptaningtyas
Fakultas Teknik Unram

Abstrak
Penelitian ini mengkaji kearifan lokal dalam arsitektur tradisional Sasak di Pulau Lombok. Dari segi teknis arsitektur diteliti kearifan lokal dalam memaknai arsitektur tradisional dan kesesuaiannya dengan lingkungan alam, lingkungan sosial dan budaya masyarakat setempat. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik pengamatan, wawancara mendalam (In-depth interview), dan diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion, FGD). Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini adalah dari segi teknis arsitektur jelas sekali ada kesesuaian dengan lingkungan alam, lingkungan sosial dan budaya masyarakat setempat.

Kata kunci : kearifan lokal, arsitektur tradisional


Abstract
This research analyze of local indigenous of Sasak traditional architecture in Lombok Island. It is researched about sense of local indigenous of traditional architecture and harmony to natural environment, social environment and local community indigenous culture. The methods of research use descriptive method namely by collecting data, such as, observe technique, in-depth interview, and Focus Group Discussion (FGD). Data analyzing uses descriptive analyze. Conclusion of the research, view from architecture engineering, it is clear that there is a harmony within natural environment, social environment and local indigenous community culture.

Key words : local indigenous, traditional architecture
Download Selengkapnya

Jumat, Januari 16, 2009

Air Irigasi: Mendatangkan Kemakmuran dan Kesejahteraan Petani Rarang

Succes Story Rarang Selatan

”Segala yang hidup itu dari air” (QS Al Anbiya: 30).
Semua makhluk hidup butuh air, jadi tiada kehidupan tanpa air.
Dengan demikian kedudukan air sangat penting dalam kehidupan kita sehari–hari, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun untuk pertanian.

“Terimakasih P4MI, dengan adanya irigasi pompa saya bisa menanam jagung untuk pakan di musim kemarau. Batang jagung dari luasan 10 are setelah berumur satu bulan saya potong dan dijual langsung di lapang dengan harga Rp 600.000,- (setara dengan Rp 6 juta/ha)”. Demikian ungkap Pak Mansur salah seorang petani di Desa

Di sebagian Lombok Timur bagian Selatan, musim hujannya relatif singkat dan kadang–kadang tidak kontinyu. Tanaman pangan semusim sering mengalami gagal panen karena kekeringan dan varietas padi yang ditanam adalah varietas padi yang berumur dalam (sekitar 5 bulan). Begitu pula halnya dengan tanaman palawija (jagung) atau tembakau yang ditanam setelah padi dipanen. Melalui penerapan teknologi bercocok tanam padi dengan Sistem Gogo Rancah (GORA) yang dipadukan dengan penanaman varietas padi unggul berumur genjah (115 hari), maka kekurangan pangan dapat diatasi, namun demikian belum mampu meningkatkan pendapatan petani untuk memenuhi kebutuhan lainnya seperti biaya pendidikan, agama, sosial, dll. Dengan penerapan sistem gora ini petani masih sempat menanam palawija/tembakau setelah panen padi, akan tetapi tanaman sering mengalami stress kekurangan air, sehingga produksinya rendah, bahkan ada juga yang gagal panen.

Profile Desa
Desa Rarang, Kecamatan Terara terletak sekitar 13 km dari ibu kota Kabupaten Lombok Timur dan 45 km dari Mataram ibu kota propinsi NTB. Jumlah total penduduk Desa Rarang 9.275 jiwa, terdiri atas laki –laki 4.599 jiwa dan wanita 4.676 jiwa. Penduduk miskin merupakan mayoritas yaitu sebanyak 2.275 KK (74,6%), sehingga lokasi ini terpilih sebagai salah satu desa binaan P4MI.

Lahan pertanian berupa lahan sawah seluas 635 ha, yang terdiri dari sawah irigasi teknis 180 ha, setengah teknis 254 ha, dan sawah tadah hujan seluas 201 ha. Mata pencaharian kebanyakan penduduknya adalah bertani (85%). Pada umumnya petani dalam satu tahun hanya bisa menanam 2 (dua) kali, walaupun tanaman kedua sering juga gagal panen karena kekurangan air.

Lebih Lengkap Baca/Click ---> Download file and view with PDF

KID Jenggik Utara | Succes Story

“Masyarakat Desa Jenggik Utara sudah lama mendambakan bendung/embung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air baik untuk keperluan pertanian maupun air minum, tetapi tak kunjung terwujud. Alhamdulillah, pada tahun 2005 P4MI melalui KID telah mengalokasikan dana stimulan sebagai pancingan untuk mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan embung secara gotong royong“, demikian ucap Tuan Guru Fadli seorang tokoh masyarakat dan pemuka agama Desa Jenggik Utara. Ditambahkan oleh beliau “Mari kita berdemo dalam bekerja“.

Profil Desa

Desa Jenggik Utara Kecamatan Montong Gading adalah salah satu desa lokasi kegiatan P4MI TA. 2005 berjarak sekitar 20 km dari ibukota Kabupaten Lombok Timur. Terletak di ketinggian 300 M dpl, dengan luas wilayah 485 Km². Jumlah penduduknya 4.838 jiwa, yang terdiri dari 2.232 laki–laki dan 2.606 perempuan. Penduduk sangat miskin dan miskin 56,52%. Petani ada 2.489 orang (51,45%) dengan rata–rata pemilikan lahan usaha tani 0,2–0,3 ha.

Kelembagaan KID
Pembentukan Komite Investasi Desa (KID) merupakan salah satu kegiatan pemberdayaan masyarakat tani dari P4MI. Misi utama yang diemban KID adalah untuk meningkatkan kemampuan petani dalam perencanaan dan pelaksanaan investasi sarana/prasarana tingkat pedesaan yang dibutuhkan dalam mendukung inovasi produksi dan pemasaran hasil pertanian. Salah satu tugas utama KID adalah memfasilitasi dan memvalidasi usulan investasi tingkat desa dan mepresentasikannya di tingkat Forum Antar Desa (FAD) yang akan menyeleksi usulan tersebut layak atau tidak layak untuk didanai P4MI.

Kepengurusan KID terdiri atas 5 orang dengan komposisi; masing-masing satu orang untuk jabatan Ketua, Sekretaris dan Bendahara serta dua orang anggota. Kriteria anggota KID antara lain: Bukan aparat desa atau pengurus kelembagaan yang sudah ada di desa; aktifis yang memiliki visi dan misi pemberdayaan masyarakat dan memiliki rasa keberpihakan kepada petani kuhusnya petani miskin; serta lebih diutamakan yang memiliki ketrampilan dan pengalaman di bidang usahatani atau agribisnis.

Lebih Lengkap -- > Download and view with PDF

Sabtu, Januari 03, 2009

PENDAMPINGAN DESA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS

Kegiatan Pengembangan Agribisnis Perdesaan di Kabupaten Lombok Timur dilaksanakan di 2 desa, yaitu Desa Sembalun Lawang Kecamatan Sembalun, dan Desa Perian Kecamatan Montong Gading.


Desa Sembalun Lawang
Kegiatan pendampingan petani di Desa Sembalun Lawang pasca panen raya kentang adalah memfasilitasi petani untuk pengolahan produk kentang. Dari panen kentang petani Sembalun, terdapat 5 % dari total produksi kentang yang tidak bisa diterima (reject) oleh pabrik (PT Indofood Fritolay), misalnya karena diameter tidak memenuhi standar dan atau rusak karena perlakuan panen yang keliru. Untuk tahun 2009, Kelompok Tani Horsela mendapatkan kuota sebesar 5000 ton (y\untuk tahun 2008, kouta sebesar 3000 ton), yang berarti kentang reject akan bertambah pula volumenya.
Untuk memanfaatkan ketang reject tersebut, petani akan melakukan pengolahan menjadi produk makanan seperti kripik kentang, tepung kentang, bahan fried pottato, dan sebagainya. Pihak BPTP NTB telah memberikan pelatihan dan bantuan peralatan untuk pengolahan kentang, namun dari segi teknologi pengolahan dan kapasitas masih terbatas.
Pada saat NSC Meeting, Team Leader LSM Nasional mendapatkan informasi dari pihak Direktorat Jenderal Pengolahan Hasil Pertanian (Ditjen PHP) Departemen Pertanian tentang adanya dana untuk Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3). Untuk itu, Koordinator SLK dan SLK memfasilitasi Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Nurul Huda Nahdlatul Wathan Desa Sembalun Lawang membuat proposal LM3 untuk pengolahan hasil pertanian. Sampai akhir Desember 2008, penyusunan proposal masih dalam proses.

Desa Perian
Untuk Desa Perian, pada tahun 2009 akan difokuskan pada usahatani ternak sapi, baik pengemukan sapi potong maupun pembibitan Sapi Bali. Peluang ini cukup besar karena Gubernur NTB pada HUT NTB Emas (50 Tahun) pada tanggal 17 Desember 2008 mencanangkan Propinsi NTB sebagai ”NTB Bumi Sapi”. Sumber pendanaan disediakan Dinas Peternakan Propinsi NTB dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Timur, serta juga kesiapan PT PNM (Persero) untuk menjadi investor. Pihak perbankan, seperti PT Bank NTB dan Bank BRI juga menyatakan kesiapan untuk memberikan pinjaman usahatani ternak sapi.