Kamis, September 11, 2008

KONSEPSI PENGEMBANGAN BADAN USAHA MILIK MASYARAKAT DESA MELALUI LEMBAGA KEUANGAN MASYARAKAT MANDIRI

Dilihat dari indikator makro ekonomi, selama 6 Pelita, tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan ekonomi yang dilaksanakan, cukup berhasil. Selama 6 pelita tersebut rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional di atas 6 persen. Pada periode yang sama secara agregatif, pendapatan perkapita penduduk juga meningkat secara konsisten, bahkan jumlah relatif penduduk miskin pada periode yang sama juga mengalami penurunan yang berarti. Hasil pembangunan ekonomi yang dilaksanakan selama 6 pelita tersebut, nyaris runtuh hanya dalam waktu kurang dari 2 tahun, yaitu ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi. Ini terjadi, karena dibalik “sukses” pembangunan berorientasi pertumbuhan tersebut, sebenarnya menyembunyikan permasalahan yang fundamental, diantaranya yakni timpangnya struktur perekonomian kita. Perekonomian kita terlalu bertumpu pada usaha besar (konglomerat) saja.
Padahal keberadaan pengusaha kecil dan menengah, termasuk yang berskala usaha kecil dan koperasi merupakan wujud kehidupan ekonomi sebagian besar rakyat Indonesia. Posisi seperti ini menempatkan usaha kecil dan menengah dan koperasi sebagai jalur utama dalam pengembangan sistem ekonomi kerakyatan. Namun kondisi usaha kecil sebagai ujung tombak sistem ekonomi kerakyatan cukup memperihatinkan. Jumlah pengusaha kecil relatif banyak, tetapi hanya penguasai sebagian aset produksi dan menyumbang sebagian produksi nasional. Data BPS tahun 1998 memperlihatkan bahwa 61,1% dari produksi nasional dibentuk oleh 0,2% dari seluruh perusahaan yang ada di Indonesia. Jumlah tersebut sama dengan 66.428 perusahaan. Sedangkan bagian terbesar, yakni 98,8% sisanya, atau sekitar 38,4 juta perusahaan yang ada di Indonesia hanya menguasai sekitar 38,9% dari produksi nasional. Kelompok 0,2% adalah kelompok usaha besar dan sangat besar. Sedangkan 98,8% adalah kelompok usaha kecil dan kecil sekali. Sementara itu struktur dunia usaha memperlihatkan skala usaha kecil-mikro menyumbang lapangan kerja 99,4% dan menyerap tenaga kerja sampai 84% namun hanya menyumbang PDB sekitar 14%. download arikel

0 komentar: