Desa Pengembangan Agribisnis Perian:
MENGEMBANGKAN POTENSI TERNAK DAN HORTIKULTURA
Oleh :
Koordinator LSM P4MI Kab.
Desa Perian memang tidak seterkenal Desa Sembalun dalam hal pengembangan hortikultura, namun potensinya tidaklah kalah dengan Sembalun. Baik Desa Perian maupun Desa Sembalun sama-sama berbatasan dengan
Desa Perian, Kecamatan Montong Gading, terletak di bagian paling utara Kabupaten Lombok Timur, yang langsung berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Desa ini terkenal sebagai gudang ternak, khususnya sapi bali. Potensi hijauan makanan ternak berlimpah, bahkan pihak TNGR memperbolehkan petani menanam rumput di kawasan TNGR asalkan tidak mengganggu tamanan kehutanan yang sudah ada. Kandang kumpul terdapat di semua dusun (9 Dusun) yang ada di Desa Perian. Dua kandang yang tergolong besar adalah kandang kumpul milik Kelompok Tani Ternak “Al Muhajirin” dan kandang kumpul milik Kelompok Tani Ternak “Cemara”. Kedua kelompok ini telah mendapatkan dana pengembangan peternakan sebesar ratusan juta dari Dinas Peternakan Propinsi Nusa Tenggara Barat, terkait dengan program swasembada ternak.
Potensi peternakan sapi, baik untuk sapi bibit maupun penggemukan sapi pedaging, merupakan pertimbangan Program Peningkatan Pendapatan Petani melalui Inovasi (P4MI) memilih Desa Perian sebagai salah satu desa Program Pengembangan Agribisnis Perdesaan. Dalam kegiatan P4MI, Desa Perian melaksanakan program P4MI pada tahun 2007, dimana KID Perian membangun jalan usahatani dan irigasi secara partisipatif.
Sebelum masuknya P4MI, kegiatan kandang kumpul terbatas pada pemeliharaan sapi secara bersama-sama. Limbah kotoran ternak dibuang begitu saja di belakang kandang. P4MI melalui BPTP NTB memperkenalkan teknologi pembuatan pupuk organic dari kotoran sapai pada tahun 2007, dan sudah mulai diterapkan oleh petani dan peternak Desa Perian. Pada tahun 2008, BPTP NTB kembali memperkenalkan teknologi biourine dengan memanfaatkan kencing sapi untuk pupuk cair, juga teknologi pembuatan biogas dari kotoran sapi sebagai alternative bahan bakar di tingkat rumah tangga petani.
Hortikultura: Potensi yang Terlupakan
Pola tanam di Desa Perian pada umunya adalah padi-padi-palawija atau padi-tembakau. Pola tanam ini berlangsung turun temurun. Khususnya untuk tanaman tembakau, adanya program kemitraan antara petani dengan berbagai perusahaan tembakau (PT BAT, PT Sadhana Arifnusa/Sampurna, PT Phillips Morris, PT Djarum, CV Trisno Adi, dan sebagainya) membuat petani tergantung pada tanaman tembakau yang memiliki “pasar yang jelas”. Meskipun petani seringkali berada pada pihak yang dirugikan karena harga beli ditentukan secara sepihak oleh perusahaan, tetapi petani tidak punya pilihan lain. Penanaman tembakau
Adalah M. Nasrun, Bendahara KID Perian, yang awalnya menyadari potensi tanaman hortikultura di desanya. Setelah ia difasilitasi P4MI mengikuti Workshop Pengembangan Agribisnis Perdesaan di Mataram, dan Pelatihan (TOT) Agribisnis Perdesaan di Denpasar termasuk studi banding ke Sembalun, kepalanya mulai terbuka : “Mengapa kami tidak mengembangkan hortikultura di Perian ? Potensi kesesuaian lahan dan iklim mendukung, harga jual juga tinggi … ?”, ungkap Nasrun.
Kebetulan kampung Nasrun di Dusun Gegek Likok Desa Perian adalah lokasi pembangunan infrastruktur jalan usahatani dan irigasi dengan dukungan P4MI. Penduduk Dusun Gegek Likok kalau ada keperluan ke pasar dan Kantor Desa Perian harus berjalan memutar melewati desa lain. Dengan dibangunnya jalan usahatani, akses petani menjadi semakin mudah.
Bukan hanya Nasrun, potensi hortikultura Desa Perian juga dilirik berbagai pihak. Pada tahun 2008 ini, beberapa perusahaan membuat demplot hortikultura di Perian. PT Indofood Sukses Makmur telah membuat demplot kentang varietas atlantik seluas 10 are di lokasi tanah kas desa, sedangkan PT BISI telah membuat demplot ketimun seluas 5 are dan demplot kacang panjang seluas 5 are. Sementara BPTP NTB melaksanakan kegiatan : (i) Demplot cabe merah besar seluas 10 are di dekat kandang kolektif KT Ternak Al Muhajirin yang nantinya akan memanfaatkan pupuk kandang produksi KT, (ii) Pembuatan contoh instalasi biogas dan pembuatan biourine.
Kelompok Tani Sepakat: Kemitraan Cabe Merah
Awal tahun 2008, M.Nasrun mengajak petani di Dusun Gegek Likok membentuk kelompok tani. Sebelumnya di dusun tersebut tidak ada kelompok tani. Ajakan Nasrun disambut antusias, terlebih melihat sepak terjangnya memimpin masyarakat dusunnya membangun jalan usahatani dan irigasi dengan dukungan P4MI. Karena kesepakatan yang bulat pada semua petani, maka kelompok taniu tersebut dinamakan Kelompok Tani “Sepakat”.
Salah seorang anggota KT Sepakat, H.Mukhlis, mengeluhkan tanaman tembakau yang terus merugi, terlebih meningkatnya harga BBM menyebabkan petani kesulitan memperoleh minyak tanah untuk bahan bakar oven tembakau. Kebetulan ia pernah menaman satu patk cabe merah di lahannya, dan ternyata :” Untung besar .. !” ungkap H. Mukhlis.
Anggota KT Sepakat akhirnya sepakat untuk mengusahakan tanaman cabe. Akan tetapi, permodalan menjadi kendala, karena biaya usahatani cabe mencapai Rp 40 juta per hektar. Tanaman tembakau memang butuh biaya lebih besar, mencapai Rp 50 juta per hektar, tetapi ada pinjaman dari perusahaan. Masalah lainnya adalah bagaimana dengan pemasaran? Pihak LSM pendamping P4MI (Yayasan Agribisnis dan YP3M) menghubungkan KT Sepakat dengan PT Permodalan Nasional Madani (PT PNM Persero), Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dibentuk untuk membantu pembiayaan bagi pengusaha mikro, kecil dan menengah, termasuk petani. PT PNM memiliki dana yang bersumber dari dana corporate social responsibility (CSR) BUMN yang bisa disalurkan ke kelompok tani. Disamping pinjaman permodalan bunga lunak, PT PNM juga menyediakan dana capacity building untuk KT. Pihak PT PNM menyambut baik rencana kerjasama dengan KT melalui LSM, terlebih pasca P4MI tentunya membutuhkan dana untuk sustainability KT. Pihak LSM juga menghubungi PT Gerbang NTB Emas, BUMD milik Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Barat, tentang pemasaran hasil usahatani kelompok tani. Pihak PT GNE bersedia membeli hasil panen petani (untuk sementara pada komoditas jagung dan ternak sapi), sedangkan modal kerja akan disediakan PT PNM.
Di lokasi investasi jalan usahatani, KT Sepakat melakukan penanaman cabe merah besar seluas 10 Ha. Dari luasan tersebut, 5 Ha telah dilakukan penanaman secara swadaya pada pertengahan Juni 2008, sedangkan 5 Ha lagi sudah sampai tahap pembongkaran tanah kedua dan penanaman bibit pada awal September 2008. PT PNM (Persero) memberikan pinjaman sebesar 70% dari biaya usahatani melalui skim Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) dengan bunga 6 % per tahun (atau 0,5 5 per bulan). Dana murah ini akan memanfaatkan dana CSR dari berbagai BUMN di bawah Kementrian Negara BUMN. Apabila kelompok tani sudah mandiri, bunga pinjaman akan diberikan sesuai pasar yang berlaku, dan dana murah digulirkan ke kelompok lainnya.
Tantangan dan Harapan
Petani di Desa Perian memang baru memulai, namun mereka optimis akan berhasil mengembangakan ternak sapi dan tanaman hortikultura. Pengunaan pupuk organic akan menjadi prioritas karena Desa perian memiliki “pabrik pupuk berjalan” dari 10 kanadang kumpul yang ada di Desa Perian.
Pemupukan modal juga mendapatkan perhatian KT Sepakat, mengantisipasi berakhirnya pinjaman modal dari PT PNM. Difasilitasi LSM Lokal (YP3M) dan PT PNM, KT Sepakat sedang merintis pembentukan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA). Inovasi yang tepat, spesifik lokasi dan sesuai kebutuhan petani, diharapkan dapat meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani.
0 komentar:
Posting Komentar