Sabtu, Desember 13, 2008

Jajaran Perkebunan Harus Optimis dan Bekerja Keras Menghadapi Krisis Ekonomi Global

Jajaran Perkebunan Harus Optimis dan Bekerja Keras Menghadapi Krisis Ekonomi Global
Sumber Berita : Ditjen Perkebunan

BANDUNG-Seluruh jajaran perkebunan, baik di pusat maupun di daerah harus optimis dan bekerja keras menghadapi krisis ekonomi global yang sedang terjadi saat ini. Demikian ditegaskan oleh Direktur Jenderal Perkebunan, Achmad Mangga Barani, ketika membuka Pertemuan Koordinasi Nasional untuk Mengevaluasi Pembangunan Perkebunan Tahun 2008, Kamis, (4/12) di Hotel Grand Pasundan-Bandung-Jawa Barat.

Dijelaskan oleh Dirjen bahwa banyak berita di media massa yang mengatakan bahwa petani-pekebun dan sebagian pengamat merasa pesimis menghadapi krisis ini. Lalu siapa lagi yang merasa optimis ? tambah Dirjen. Oleh sebab itu, semua jajaran perkebunan tidak turun semangatnya dalam menghadapi kondisi ini. Jajaran perkebunan sebagai pelayan dan fasilitator masyarakat harus bekerjasama dan memberikan semangat kepada semua stakeholder perkebunan agar mampu menghadapi krisis ini dengan baik, tambah Dirjen.

Pertemuan yang berlangsung selama tiga hari (4-6/12), dihadiri sekitar 300 orang, terdiri dari pejabat lingkup Ditjen Perkebunan, Kepala Dinas Perkebunan yang membidangi perkebunan di provinsi dan Beberapa Kepala Dinas Perkebunan yang membidangi perkebunan di kabupaten/kota, Pejabat Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Ditjen Perkebunan dan Tenaga Kontrak Pendamping (TKP) Program Revitalisasi, Kapas dan Akselerasi Peningkatan Produktivitas Tebu. Selama tiga hari, mereka akan mengevaluasi capaian kinerja kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2008 dan membahas persiapan kegiatan tahun 2009.

Krisis ekonomi global yang dipicu oleh krisis keuangan di Amerika Serikat akhir September lalu memang telah membawa dampak terhadap harga beberapa komoditas perkebunan di pasaran dunia. Harga minyak sawit (CPO) dan karet yang merupakan komoditas ekspor utama Indonesia anjlok hampir 50%. Akibatnya harga pembelian TBS (Tandan Buah Segar) dan karet di tingkat petani juga ikut turun drastis. Diberitakan, harga TBS di tingkat petani jatuh sampai Rp 250-300,-/kg. Padahal bulan Juli lalu harganya masih sangat bagus sekitar Rp 1.800/kg. Begitu juga halnya dengan karet. Harga dipasaran dunia jatuh dari US$ 2,8/kg menjadi US$ 1,6/kg.

0 komentar: